Kamis, 24 Maret 2011

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN





A.      Pendahuluan
Kata ‘belajar’ pasti tidak asing lagi bagi kita. Barangkali sudah ribuan kali kita mendengarnya, mungkin kata itu mendatangkan nuansa kegembiraan ke diri kita, tetapi juga ada kemungkinan membawa kemurungan, kebosanan, ketegangan dan sebagainya-seribu rasa. Proses belajar mengajar terjadi manakala ada interaksi antara guru dengan murid. Oleh karena itu, sangat penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat membimbing dan menyadiakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa-siswi.

B.       Pengertian Belajar
Sebelum membahas masalah prinsip belajar dan pembelajaran sangatlah perlu dipahami terlebih dahulu konsep belajar. Apakah belajar itu?
Menurut Gagne, belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto, mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Menurut Mouly, belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat juga dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. Bahwa definisi belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Belajar adalah perubahan tingkah laku;
2.    Perubahantingkah laku tersebut terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
3.    Perubahan tingkah laku tersebut relative permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

C.      Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas, Duffy dan Roehler mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

D.      Teori Belajar Dalam Pembelajaran
1.    Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya:
a.    Teori Koneksionisme
Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.
b.    Teori Pengkondisian (Conditioning)
Teori pengkondisian (conditioning) merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov . Ia adalah ahli psikologi-refleksologi dari Rusia.
c.    Teori Penguatan (Reinforcement)
Kalau pada teori pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya. Seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi. Hadiah itu me-reinforce hubungan antara stimulus dan respons.
d.   Teori Operant Conditioning
Psikologi penguatan atau “operant conditioning” merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan “conditioning”. Tokoh utamanya adalah Skinner. Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses “conditioning” yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku adalah karena adanya hubungan antara stimulus dengan respons.

2. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif. Menurut teori ini, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons. _Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental. Rumpun psikologi Gestalt bersifat molar, yaitu menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan perilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan.

E.       Implikasi Prinsip Belajar dalam Pembelajaran
1.    Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
2.    Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”.
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
3.    Prinsip Keaktifan
Prinsip Keaktifan atau aktivitas bagi guru didalam proses pembelajaran adalah:
a)  Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam proses belajarnya.
b)   Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.
c)    Memberi tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d)   Memberikan puji verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan.
e)    Melakukan multi metode dan metode media didalam pembelajaran.
4.    Prinsip Kelibatan Langsung
Prinsip Kelibatan Langsung bagi guru adalah:
a)    Mengaktifkan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b)   Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa di dalam praktik penggunaan tersebut.
c)    Memberi keleluasan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
d)   Memberikan tugas praktik
5.    Prinsip Pengulangan
Implikasi Prinsip Pengulangan bagi guru adalah:
a)    Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
b)   Merancang kegiatan pengulangan.
c)    Mengembangkan soal-soal latihan.
d)   Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.

6.    Prinsip Tantangan
Beberapa kegiatan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu:
a)    Merancang dan mengelolaan kegiatan inquiry dan eksprerimen.
b)   Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
c)    Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
d)   Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
e)    Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi.
f)    Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.

7.    Prinsip Balikan dan Penguatan
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain:
a)    Memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik, waktu maupun bentuknya.
b)   Memberikan kepada siswa jawaban yang benar.
c)    Mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa.
d)   Memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun komenter-komenter tertentu.
e)    Memberikan lembaran jawaban atau kerja siswa.
f)    Mengumumkan atau menginformasikan peringkat secara terbuka.
g)   Memberikan penghargaan.
h)   Prinsip Perbedaan Individual

Di samping prinsip-prinsip di atas, berikut ini dijelaskan pula beberapa prinsip belajar dikaji dari ranah pembelajaran mencakupi 3 prinsip:
1.    Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
2.    Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.
Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.

3.    Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.
Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.

F.       Penutup
Dengan demikian belajar pada dasarnya ialah suatu proses perubahan tingkah laku yang melalui pengalaman. Hasil proses belajar dapat di pengaruhi dalam diri individu itu sendiri dalam tingkah laku baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas pembelajar, kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pebelajar untuk menentukan strategi belajarnya.

G.      Sumber-Sumber
  1. http://inamahfalest.blogspot.com/2010/05/hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html
  2. http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar